Selain sibuk mencarinya; ada waktunya di mana sebagian insan lalu bertanya; "Apakah kebahagiaan itu?"
Maka kita mendapati bahwa ada kesepakatan besar yang tak berbeda dalam diri setiap insan; siapapun dia, kapan, & di mana..
Bahwa kebahagiaan kita di antaranya terletak pada kenikmatan yang berlangsung lama dibanding yang cuma sebentar.
Maka banyak insan yang merelakan diri menahan sejenak; menyimpan dulu; bersabar sebentar; demi menikmati kebahagiaan yang panjang.
Ada yang rela mengorbankan kenikmatan yang dianggap kecil, demi yang lebih besar; agar mendapatkan kata itu: "Bahagia".
Pada hal ini kita mendapati bahwa antara mukmin & kafir; muslim & musyrik; mukhlis & munafiq; sama dalam memandangnya.
Yang membedakan kemudian adalah kecerdasan & kejelian untuk mendefinisikan; manakah nikmat yang pendek, manakah yang panjang.
Maka kafir, musyrik, & munafiq mengira bahwa nikmat yang pendek maupun yang panjang; hanyasanya terada dalam hidup di dunia.
Maka mereka bekerja keras & kepayahan; lalu menyimpan & menahan; dilanjut menikmatinya di potongan waktu berikut. Bahagia.
Sementara yang mukmin, muslim, & mukhlis tahu bahwa waktu pendek & panjang di dunia tak ada apa-apanya dibanding yang abadi.
Maka kelompok pertama menanam agar menuai; memberi agar mendapat lebih banyak; tapi tak pernah keluar dari batas dunia.
Sedang bagi kelompok kedua, segala rasa dunia; suka-duka, miskin-kaya, tangis-tawa, untung-celaka, sakit-sentosa; ringan semata..
..sebab kenikmatan yang panjang & abadi ada di hidup berikutnya.
Maka mereka tak menukar 'amalnya dengan isi dunia.
Maka mari kita ukur semua hal dalam soal kebahagiaan berpangkal dari sana; tentang saudara, tentang benda, & segala-gala.
Milikilah saudara paling membahagia; yang di wajahnya membayang surga; yang bertuturkata mengingat Rabbnya; yang 'amalnya taqwa.
Bagaimanapun keadaannya; miskin-kaya, sakit-sentosa, terpuji-terhina; mereka jauh lebih berharga daripada sepenuh bumi..
Orang yang wajah & penampilannya membuat kita berghirah mengejar dunia; bicaranya melambungkan angan bergelimang harta dan meneladankan segala kerja bahkan ibadah untuk ditukar dengan pendek & sempitnya nikmat dalam hidup di bumi kita.
Jangan kita salah sangka; saudara yang wajah, kata, & lakunya mengarah ke surga, surga, & surga itu tak jadi lemah dalam bekerja.
Barangkali mereka sama gigihnya; atau lebih keras memerah keringat & membanting tulangnya dibanding yang bersemangat kaya.
Yang membedakan adalah untuk siapa mereka berpeluh-peluh; untuk apa mereka berdarah-darah; dikemanakan niat & manfaatnya.
Sebab bukan dunia yang diidamkan; akhirat tak mereka gadaikan. Sebab bukan yang pendek jadi angan; ibadah tak mereka mainkan.
Mereka amat gigih bekerja; demi mensyukuri daya terkarunia.
Mereka amat giat menjemput rizqi; sebab ingin membersihkan diri.
Mereka lelah, tapi terus berbenah; payah, tapi tak menyerah; sebab hasrat hati yang sangat kuat untuk menolong agama Allah.
Dalam zhahirnya; apa yang mereka kerjakan mungkin sama bentuknya dengan golongan insan yang dunia meraja di hatinya.Keduanya sama-sama bekerja keras; & lalu sama-sama menafkahkan hartanya untuk yatim, fakir, membela para lemah & teraniaya.
Yang membedakan adalah urutan 'amal hati yang menjadi rahasia di sisi Allah; si pengabdi sejati menjadikan semua untukNya.
Baik bekerja maupun sedekahnya; semua untuk Allah; gigih bekerja untuk ridhaNya, gigih memberi pun mengharap wajahNya.
Dia dipenuhi harap; moga 'amalnya mengantar pada bahagia akhirat.
Dia cemas & takut, khawatir tak suci niat, tak lurus taat.
Dia menjadikan pekerjaannya sebagai ketaatan untuk menolong ketaatan; gigihnya untuk kemanfaatan sesama berharap surga.
Adapun perindu dunia tak demikian; gigih bekerja agar nikmat hidupnya; rajin ibadah agar lebih banyak yang dihasilkannya.
Perjumpaan dengan Allah bagi perindu surga amat diharapnya; pemimpi dunia merasa cukup dengan berlipatnya kesenangan fana.
Bagi penghasrat akhirat; bekerja itu ibadah, memberi itu ibadah, shalat itu ibadah. Yang satu tak dihambakan pada yang lain.
Bagi pensyahwat dunia; sedekah, shalat, puasa, & usaha dihambakan pada bayang kenikmatan yang diperoleh dari hasil bekerja.
'Amal sama; kerja & berbagi; bisa jauh nilainya, sebab mukmin sejati selalu berjihad agar niatnya suci, khawatir tercemari.
Hendak melanjut tapi kelu lidah atas berat taushiyah; gemetar jemari sebab tak pantas diri; jerih hati karena hinanya nurani.Sungguh segala yang tertulis ini; pertama-tama lebih layak ditelunjukkan pada diri. Doakan & luruskan segala khilaf kami.
Mengopi dari tweets Sdr Salim A. Fillah yang sebanyak 34 tweets~ ambillah yang mana dirasakan bermanfaat~bagi diri ini~setiap bait itu salju terasa di mata dan hati~Praktis? InsyaAllah.
No comments:
Post a Comment