Monday, September 26, 2011

Aku Seorang Peminta! | iluvislam.com + discover the beauty of islam

Aku Seorang Peminta! | iluvislam.com + discover the beauty of islam


Kisah ini mungkin b erpaut pada identiti penulis sebagai pengemis~mungkin juga bisa mentakrifkan sebab mengapa penulis mengemis~kerana pada hakikatnya kita semua pengemis~silakan klik di link untuk meneliti apa yang penulis maksudkan~

Saturday, September 24, 2011

Zubair Al-Awwam~pembela Rasulullah

Setiap kali nama Thalhah disebut, nama Zubair juga disebut. Dan setiap kali disebut nama Zubair, nama Thalhah pun pasti disebut.

Sewaktu Rasulullah SAW mempersaudarakan para sahabatnya di Makkah sebelum hijrah, beliau mempersaudarakan Thalhah dengan Zubair. Sudah sejak lama Nabi SAW bersabda tentang keduanya secara bersamaan, seperti sabda beliau, “Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga.”

Keduanya masih kerabat Rasulullah. Thalhah masih keturunan kakek buyut Rasulullah yang bernama Murrah bin Ka’ab, sedangkan Zubair masih keturunan kakek buyut Rasulullah yang bernama Qusai bin Kilab. Shafiyah, ibu Zaubair, juga bibi Rasulullah.

Thalhah dan Zubair mempunyai banyak kesamaan dalam menjalani roda kehidupan. Masa remaja, kekayaan, kedermawanan, keteguhan dalam beragama dan keberanian mereka hampir sama. Keduanya termasuk orang-orang yang masuk Islam di masa-masa awal, dan termasuk sepuluh orang yang dikabarkan oleh Rasul masuk surga, termasuk enam orang yang diamanahi Khalifah Umar untuk memilih khalifah pengganti. Bahkan, hingga saat kematian keduanya sama persis.

Seperti yang telah kita sebutkan, Zubair termasuk orang-orang yang masuk Islam di masa-masa awal, karena ia termasuk tujuh orang pertama yang masuk Islam, dan sebagai perintis perjuangan di rumah Arqam. Usianya waktu itu baru 15 tahun. Ia telah diebri petunjuk, cahaya, dan kebaikan saat remaja.

Ia ahli menunggang kuda dan memiliki keberanian, sejak kecil. Bahkan, ahli sejarah menyebutkan bahwa pedang pertama yang dihunuskan untuk membela Islam adalah pedang Zubair bin Awwam.

Di masa-masa awal, saat jumlah kaum muslimin masih sedikit dan masih bermarkas di rumah Arqam, terdengar berita bahwa Rasulullah terbunuh. Zubair langsung menghunus pedang lalu berkeliling kota Makkah laksana tiupan angin kencang, padahal usianya masih muda belia.

Yang pertama kali dilakukannya adalah mengecek kebenaran berita tersebut. Seandainya berita itu benar, ia bertekad menggunakan pedangnya untuk memenggal semua kepala orang-orang kafir Quraisy atau ia sendiri yang gugur.

Di satu tempat, di bagian kota Makkah yang agak tinggi, ia bertemu Rasulullah. Rasulullah menanyakan maksudnya. Ia menceritakan berita yang ia dengar dan menceritakan tekadnya. Maka, beliau berdoa agar Zubair selalu diberi kebaikan dan pedangnya selalu diberi kemenangan.

Sekalipun Zubair seorang bangsawan terpandang, namun ia juga merasakan penyiksaan Quraisy. Orang yang disuruh menyiksanya adalah pamannya sendiri. Ia pernah diikat dan dibungkus tikar lalu diasapi hingga kesulitan bernapas. Di saat itulah sang paman berkata, “Larilah dari Tuhan Muhammad, akan kubebaskan kamu dari siksa ini.”

Meskipun masih muda belia, Zubair menjawab dengan tegas, “Tidak! Demi Allah, aku tidak akan kembali kepada kekafiran untuk selama-lamanya.”

Zubair ikut dalam perjalanan hijrah ke Habasyah dua kali. Kemudian ia kembali, untuk mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah, hingga tidak satu pun peperangan yang tidak ia ikuti.

Banyaknya bekas luka pedang dan tombak di tubuhnya adalah bukti keberanian dan kepahlawanannya.

Marilah kita dengarkan cerita seorang rekannya yang melihat bekas luka yang hampir memenuhi sekujur tubuhnya.

“Aku pernah bersama Zubair bin Awwam dalam satu perjalanan dan aku melihat tubuhnya. Ada banyak bekas sabetan pedang. Di dadanya ada beberapa lubang bekas tusukan tombak dan anak panah. Aku berkata kepadanya, ‘Demi Allah, yang kulihat ditubuhmu belum pernah kulihat di tubuh orang lain.’ Ia menjawab, “Demi Allah, semua luka-luka ini kudapat bersama Rasulullah dalam peperangan membela agama Allah.”

Seusai Perang Uhud, dan pasukan Quraisy sedang dalam perjalanan pulang ke Makkah, Zubair dan Abu Bakar diperintahkan Rasulullah memimpin kaum muslimin mengejar mereka agar mereka menganggap kaum muslimin masih mempunyai kekuatan, sehingga mereka tidak berpikir untuk menyerbu Madinah.

Abu Bakar dan Zubair membawa 70 tentara muslim. Sekalipun Abu Bakar dan Zubair sebenarnya sedang mengikuti satu pasukan yang menang perang dan berjumlah jauh lebih besar, namun kecerdikan dan siasat yang dipergunakan keduanya berhasil mengecoh mereka. Mereka menyangka bahwa pasukan yang dipimpin Abu Bakar dan Zubair adalah pasukan perintis dan di belakang pasukan ini masih ada pasukan yang jauh lebih besar. Tentu saja ini membuat mereka takut. Mereka pun mempercepat langkah menuju Makkah.

Di perang Yarmuk, Zubair memerankan satu pasukan tersendiri. Ketika banyak prajuritnya yang lari ketakutan melihat jumlah pasukan Romawi yang begitu banyak, ia berteriak, “Allaahu Akbar”, lalu menyerbu pasukan Romawi sendirian dengan pedangnya.

Ia sangat rindu untuk syahid. Ia berkata, “Thalhah bin Ubaidillah memberi nama anak-anaknya dengan nama nabi-nabi padahal tidak ada nabi setelah Muhammad SAW. Karena itu, aku memberi nama anak-anakku dengan nama para syuhada dengan harapan mereka syahid.”

Ada yang diberi nama Abdullah dari nama Abdullah bin Jahsy. Ada yang diberi nama Mundzir dari nama Mundzir bin Amru. Ada yang diberi nama Urwah dari nama Urwah bin Amru. Ada yang diberi nama Hamzah dari nama Hamzah bin Abdul Muthalib. Ada yang diberi nama Ja’far dari nama Ja’far bin Abi Thalib. Ada yang diberi nama Mushab dari nama Mushab bin Umair. Ada yang diberi nama Khalid dari nama Khalid bin Sa’id. Seperti itulah, semua anaknya diberi nama dengan nama-nama para syuhada dengan harapan bisa syahid seperti mereka.

Disebutkan dalam buku sejarah, “Zubair tidak pernah menjadi bupati atau gubernur. Tidak pernah menjadi petugas penarik pajak atau cukai. Ia tidak pernah menduduki jabatan kecuali sebagai pejuang perang membela agama Allah.”

Ia sangat percaya dengan kemampuannya di medan perang dan itulah kelebihannya. Meskipun pasukannya berjumlah 100 ribu prajurit, namun ia seakan-akan sendirian di arena pertempuran. Seakan-akan dia sendiri yang memikul tanggung jawab perang.

Keteguhan hati di medan perang dan kecerdasannya dalam mengatur siasat perang adalah keistimewaannya.

Ia melihat gugurnya sang paman, yaitu Hamzah, di Perang Uhud, di Perang Uhud. Ia juga melihat bagaimana tubuh pamannya dicabik-cabik oleh pasukan kafir. Ia berdiri dekat jenazah sang paman. Gigi-giginya terdengar gemeretak dan genggaman pedangnya semakin erat. Hanya satu yang dipikirkannya, yaitu balas dendam. Akan tetapi, wahyu segera turun melarang kaum muslimin melakukan balas dendam.
***

Ketika pengepungan terhadap bani Quraidzah sudah berjalan lama tanpa membawa hasil, Rasulullah menugaskan Zubair dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya berdiri di depan benteng musuh yang kuat dan berkata, “Demi Allah, mari kita rasakan apa yang dirasakan hamzah. Atau, akan kita buka benteng mereka.” Keduanya melompat ke dalam benteng. Dengan kecerdasannya, ia berhasil membuat takut orang-orang yang berada dalam benteng dan berhasil membuka pintu benteng sehingga pasukan Islam berhamburan menyerbu ke dalam benteng.
***

Di perang hunain, suku Hawazin yang dipimpin Malik bin Auf menderita kekalahan yang memalukan. Tidak bisa menerima kekalahan yang diderita, Malik beserta beberapa prajuritnya bersembunyi di sebuah tempat, mengintai pasukan Islam, dan bermaksud membunuh para panglima Islam. Ketika Zubair mengetahui kelicikan Malik, ia langsung menyerang mereka seorang diri dan berhasil mengobrak-abrik mereka.

Rasulullah sangat sayang kepada Zubair. Beliau bahkan pernah menyatakan kebanggaannya atas perjuangan Zubair. “Setiap nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.”

Bukan karena sebagai saudara sepupu dan suami dari Asma binti Abu Bakar yang bergelar “Dzatun Niqatain” (memiliki dua selendang), melainkan karena pengabdiannya yang luar biasa, keberaniannya yang tiada dua, kepemurahannya yang tidak terkira, dan pengorbanan diri serta hartanya untuk Allah, Tuhan alam semesta.

Sungguh tepat apa yang dikatakan Hasan bin Tsabit ketika melukiskan sifat-sifatnya.
Janjinya kepada Nabi selalu ia tepati
Atas petunjuk Nabi ia berbakti
Dialah sang pembela sejati
Kata dan perbuatannya bagai merpati

Di jalan Nabi, ia berjalan
Bela kebenaran sebagai tujuan

Jika api peperangan sudah menyala
Dialah penunggang kuda tiada dua
Dialah pejuang tak kenal menyerah

Dengan Rasul, masih keluarga
Terhadap Islam, selalu membela

Pedangnya selalu siaga
Kala Rasul dihadang bahaya
Dan Allah tidak ingkar pada janji-Nya
Memberi pahala tiada terkira

***

Ia seorang yang bebrudi tinggi dan berakhlak mulia. Keberanian dan kepemurahannya bagai dua kuda yang digadaikan.

Ia seorang pebisnis sukses. Harta kekayaannya melimpah ruah. Semuanya ia dermakan untuk kepentingan Islam hingga saat mati mempunyai utang.

Kedermawanan, keberanian, dan pengorbanannya bersumber dari sikap tawakalnya yang sempurna kepada Allah. Karena dermawannya, sampai-sampai ia rela mendermakan nyawanya u. Islam.

Sebelum meninggal, ia berpesan kepada anaknya untuk melunasi utang-utangnya, “Jika kamu tidak mampu melunasinya, mintalah kepada pelindungku.”
Sang anak bertanya, “Siapa pelindung yang ayah maksud?”
Zubair menajwab, “Allah! Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”

Di kemudian hari, sang anak bercerita, “Demi Allah, setiap kali aku kesulitan membayar utangnya, aku berkata, ‘Wahai Pelindung Zubair, lunasilah utangnya.’ Maka Allah melunasi utangnya.”

Di perang Jamal, seperti yang tersebut dalam kisah Thalhah, perjalanan hidup Zubair berakhir.

Setelah ia mengetahui duduk permasalahannya, lalu meninggalkan peperangan, ia dikuntit oleh sejumlah orang yang menginginkan perang tetap berkecamuk. Ketika Zubair sedang melaksanakan shalat, mereka menikam Zubair.

Setelah itu, si pembunuh pergi menghadap Khalifah Ali, mengabarkan bahwa ia telah membunuh Zubair. Ia berharap kabar itu menyenangkan hati Ali karena yang ia tahu, Ali memusuhi Zubair.

Ketika Ali mengetahui ada pembunuh Zubair yang hendak menemuinya, ia langsung berseru, “Katakanlah kepada pembunuh Zubair putra Shafiah bahwa orang yang membunuh Zubair tempatnya di neraka.”

Ketika pedang Zubair ditunjukkan kepada Ali, ia menciumnya. Lalu ia menangis dan berkata, “Demi Allah, sekian lama pedang ini melindungi Nabi dari marabahaya.”
***

Adakah kata yang lebih indah dari kata-kata Khalifah Ali untuk melepas kepergian Zubair?
Salam sejahtera untukmu, wahai Zubair, di alam kematian.
Beribu salam sejahtera untukmu, wahai pembela Rasulullah. [sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW]

Thursday, September 8, 2011

Sebab kau KAWAN aku~



Have you ever wondered which hurts the most?

saying something and wishing you hadn't?

or saying nothing and wishing you had?

I guess the most important things are the hardest things to say.

Don't be afraid to tell someone you love them.

if you do,they might break your heart..

if you don't, you might break theirs.

Have you ever decided not to become a friend because you were so afraid of losing what you already had with that person?

Your heart decides whom it likes and whom it doesn't.

You can't tell your heart what to do .

It does it on its own ..when you least suspect it,or even when you don't want it to.

Have you ever wanted to love someone with everything you had,but that other person was too afraid to let you ?

Too many of us stay walled up because we are too afraid to care too much..for fear that the other person does not care as much,or even at all.

Have you ever denied your feelings for someone because your fear of rejection was too hard to handle?

We tell lies when we are afraid..

Afraid of what we don't know,

afraid of what others will think,

afraid of what will be found out about us.

But every time we tell a lie,the thing we fear grows stronger.

Life is all about risks and it requires u to jump.

Don't be a person who has to look back and wonder what they would have done, or could have had.

What would you do if every time you fell in love you had to say good bye?

What would you do if every time you wanted someone they never would be there?

What would you do if your best friend died tomorrow and u never got to tell them how you felt?(even if u don't care anymore)

What would you do if you loved someone more than ever and you couldn't have them?

What would you do if never got the chance to say I am friends with all of my family and they know i love them?

People live,but people die.

I want to tell you that you are friend.

If you died tomorrow you would be in my heart.would I be in yours?

If u care about me as much as i care about you, you'll pray for me will you?

We might be best friend one year, pretty good friends the next year, don't talk that often the next, and don't want to talk at all the year after that.

So, I just wanted to say, even if I never talk to you again in my life, you are special to me and you have made a difference in my life.

I look up to you, respect you, truly cherish you, most of all I care about friends.

Remember,everyone needs a friend someday. You might feel likeyo u have no friends at all, just remember this email and take comfort in knowing somebody out there cares about you and always will..

Tol: Ini ana ambil dari 5T5B by Hlovate and some renovation~untuk siapa? untuk sesiapa yang berharap redha Allah mengiringinya~

terima kasih buat nyah~SITI NUR AMALINA NASRI.

Friday, September 2, 2011

Kenapa kita tidak boleh mengata~1



Bismillahirrahmanirrahim~
Entry ana hari ini berbunyi~
"Kenapa kita tidak boleh mengata~~walau kita hampir sempurna"

jeng3~~
Ia mungkin merupakan serangkaian jawapan atau mirip kepada peringatan buat sahabat sahabiah di luar sana~bagi yang pelik atas hal apa yang kalau ana diajak bicara~ ana kerap pasif bila berkenaan orang lain~~~inilah~

Ini ada satu cerita~

Pada suatu hari berjalan kakilah seorang Muslim di sebuah jalan yang lengang. Sedang dia menikmati pemandangan di sekitar perjalanannya itu secara tiba-tiba ia dirempuh oleh seorang lelaki. Lelaki itu ternyata seorang Yahudi.

Memandang sahaja lelaki itu. Maka terbitlah rasa marah hingga lelaki Muslim ini berkata, " Nerakalah bagimu. Nerakalah bagimu wahai laknatullah!"

Lelaki Yahudi itu pun amat terkejut dengan perkataan lelaki Muslim itu. Hatinya sakit dan amat terluka. Dia lalu membalas: "Kamukah yang memegang kunci Neraka? Maka dengan in saksikanlah bahawa aku bersaksi bahawa Allah itu Tuhanku dan Muhammad itu nabiku!"

Usai itu, si yahudi yang kini Muslim itu lalu berlalu menyempurnakan tugasnya kini sebagai seorang Muslim yang telah diberi hidayah oleh Allah. Begitu juga berlalulah si Muslim yang menyumpahnya tadi meneruskan perjalanannya.

Sedang si Muslim yang menyumpah itu berjalan, dia melalui sebuah kebun. Di dalam kebun tersebut terdapat sebuah rumah. Berlalunya dia dihadapan rumah tersebut, dia terlihat seorang gadis yang amat jelita berdiri di tepi jendela rumah tersebut. terpautlah hatinya kepada gadis itu lalu dia terus pergi untuk berjumpa dengan keluarga gadis itu bagi meminangnya.

Ayah si gadis bersetuju mengahwinkan anak gadisnya dengan jejaka tersebut dengan satu syarat. Iaitu:"Kamu perlulah meninggalkan agamamu dan memasuki agamaku serta memelihara ternakan khinzirku selama 1 bulan".

Kerana telah dilanda rasa cinta yang tidak terbendung lagi dia lalu bersetuju dengan syarat tersebut asalkan dapat mengahwini gadis yang dicintainya.


Selama beberapa minggu kemudian, dia membela khinzir kepunyaan gadis cantik tersebut sehinggalah berlalu seorang lelaki melintasi kebun yang ditumpangnya itu. Rupa-rupanya dia adalah lelaki Yahudi yang pernah disumpahnya dan kini merupakan seorang Muslim yang abid, bercahaya peribadinya dan tenang tingkahnya. Sedangkan si muslim yang penyumpah kini telah beralih agama dan kini menternak khinzir pula.

Tanpa disangka-sangka, rupa-rupanya si gadis itu merupakan adik si Muslim yang baru dan tuan punya kebun merupakan ayahnya. Keluarganya masih merupakan penganut yahudi.

Si Muslim yang baru bertanya dengan nada hairan kepada si yahudi yang baru: "Apa yang terjadi kepadamu?"

Dia lalu menjawab :" Sesungguhnya dahulu aku telah berlaku salah denganmu. Aku telah menyumpahmu dengan sesuatu yang buruk. Sekarang Allah telah menukarkan tempatku dengan tempatmu. Akulah yang akan dimasukkan ke neraka nanti." Si yahudi itu menangis semahu-mahunya sehingga secara tiba-tiba ia rebah dan kemudian ia tidak sedarkan diri lagi. Pergilah ia menghadap Ilahi tanpa sepatah kata taubat akan perbuatannya meninggalkan agamanya.

Begitulah~kita didoakan dengan apa yang kita katakan.

Sering saja terluah di bibir mulus kita:

"Astaghfirullah~apa nak jadi dengan budak-budak sekarang ni, seluaq ketat~baju sendat~"
"Cuba tengok anak si fulan tu, belajaq tak pandai, mengabeskan gheta makpak ja~"
" Innalillah, bapak ustaz~anak free hair"
" Pakai tudung tapi baju lengan pendek, makbapak tak ajaq ka?"

Dan sebagainya..

Tapi, sedarkah kita? Kita punya ibu, bapa, adik-adik, kakak dan abang. Ana personally punya 4 orang adik. Dan pernahkah kita menjangka bahawa mungkin satu hari nanti apa yang kita pernah tujukan kepada orang lain akan kembali kepada kita sendiri? Nauzubillah...

Kita mungkin akan berkeluarga~punya pasangan, dan anak-anak..

dan mahukah kita apa yang sakit di mata kita kini menjadi sakit di hati kita suatu masa nanti bilamana ia terjadi kepada darah daging kita sendiri..?

Kita hanya membenci dosa yang dilakukan~bukan si pendosa yang merupakan saudara kita sendiri. Pandanglah dengan mata hati~pandulah dengan rasa sayang~

Apa yang kita doakan buat saudara kita dicatatkan~doa kita yang baik buat saudara kita tetapi tidak diketahuinya~akan dibalas dengan doa yang sama oleh para malaikat~begitu juga yang buruk~~

Justeru hadanglah lisanmu dengan perkara yang baik-baik sahaja agar yang dikembalikan padamu juga yang baik-baik sahaja~

Rasa yang membengkak dalam hati itu ada cara untuk melunasinya~nantikan~~

Sekali lagi~pandanglah dengan mata hati~dipandu dengan rasa sayang~~~

Ibarat kata-kata Abu Darda': Aku hanya membencinya kerana dosanya sahaja. Bilamana ia bertaubat dari dosanya itu, dia kembali menjadi saudaraku.."

Berbuat kerana kasih~berbicara kerana sayang~Assalamualaikum~